Rabu, 25 Oktober 2017

Hakikat Dzat Tuhan



HAKIKAT DZAT TUHAN, KEMUSTAHILAN MENEMUKAN DZAT TUHAN, ALAM SEMESTA BUKTI ESENSI ADANYA TUHAN

                                                  

DISUSUN OLEH:
M zaki ainul fadli               16520036
M mahfudz setiawan       16520041

Kelas  : B
JURUSAN STUDY AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2017


1.1  PENDAHULUAN
Tuhan yang dimaksud dalam kajian ilmu Tauhid adalah Allah SWT. Hakikat dzat Allah yang sebenarnya tidak dapat diraba-raba oleh imaginasi, karena manusia tidak dapat memiliki sarana yang memungkinkanya menembus alam ghaib itu. Manusia harus puas dengan apa yang disifatkan oleh Allah tentang dzat nya sendiri. Dia adalah maha esa, tidak beranak dan tidak diperanak-kan, tidak ada sesuatu yang menyamainya atau setara dengan dia.






1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian tentang hakikat dzat Tuhan?
2.      Kemustahilan menemukan hakikat dzat Tuhan?
3.      Alam semesta bukti esensi adanya Tuhan?




2.1 PEMBAHASAN
Tuhan yang dimaksud dalam  kajian hakikat ilmu tauhid ini adalah Allah SWT yaitu Tuhanmu adalah Tuhan yang maha esa, tidak ada Tuhan melainkan dia yang maha pemurah lagi maha penyayang[1]
Tuhan apabila yang dimaksud dengan Tuhan  dengan asal kata ILLAH artinya adalah sesuatu yang disembah oleh yang lebih  rendah dari padanya, sedangkan apabila yang dimaksud dengan kata Tuhan  degan asal kata “Rabb” artinya adalah sesuatu  yang memelihara, mengatur, menjaga, merawat, dan mengembangkan.
Dengan memahami pengertian tentang Tuhan tersebut maka dapat dinyatakan bahwa Tuhan itu adalah zat yang menciptakan dan memelihara dan mengembangkan setiap ciptaanya dan tersebab karena dia ciptaan tersebut ada dan tiada.
Sedangkan kata Allah adalah turunan dari kata Illah yang berarti sesuatu yang di sembah oleh yang lebih rendah dari padanya , pemakaian kata allah sebagai sebutan padanya  dan untuk itu Tuhan juga telah mencabut pemakaian kata Allah  tersebut dari lisan makhluk selain dari penyebutan untuk dirinya sehinga kata Allah menjadi nama yang paling utama bagi Tuhan dan tempat terhimpunya seluruh sifat-sifat Tuhan.
Jadi Allah adalah nama dzat yang diperkenalkan sendiri olehnya, selain sebagai nama bagi dzat  Tuhan, Allah adalah juga tempat terkumpulnya atau terhimpunya seluruh sifat yang dikandung dzatnya, sehingga Allah sebagai sebutan yang utama untuk Tuhan sudah meliputi Tuhan secara keseluruhannya yang terdiri atas dzat dan sifatnya. Yang pertama yang harus diyakini tenteng kajian sifat Allah adalah sifat yang maha sempurna yang tidak dimiliki oleh selain Allah, karena apabila terjadi persamaan antara sifat yang dimiliki Allah dengan sifat yang dimiliki oleh selain Allah maka sifat tersebut bukan lagi menjadi sifat Allah, karena Allah tidak bisa disndingkan dengan apapun sebagaimana yang dinyatakan dalam al ikhlas ayat 04 [2]





Dzat nya adalah tunggal, tidak terdiri dari unsur-unsur dan bagian-bagian dan tidak ada sesuatu pun yang serupa dengannya. Beriman kepada Allah berartimanusia wajib beriktikad dengan penuh yakin akan sifat-sifat yng wajib, sifat-sifat yang mustahil serta sifat-sifat yang harus baginya.[3]
Adapun sifat-sifat yang wajib bagi Allah, yakni sifat-sifat yang merupakan kesempurnaan uluhiah-NYA dan kebesaran rububiyyah-NYA ada tiga belas sifat yaitu.
1.      AL-WUJUD                                           : Ada
2.      AL-QIDAM                                           : tidak ada awal
3.      AL-BAQA’                                            : kekal
4.      QIYAMUHUBINAFSIHI                         : berdiri sendiri
5.      MUKHALAFATUHU LI AL HAWADIT    : berbeda dengan makhluk
6.      AL-WAHDANIYYAH                              : Esa/tunggal
7.      AL-ILM’                                                :mengetahui
8.      AL-IRADAH                                          : berkehendak
9.      AL-QUDRAH                                        : kuasa
10.  AL-HAYAH                                           : hidup
11.  AS-SAMA                                             : mendengar
12.  AL-BASHAR                                          : melihat
13.  AL-KALAM                                           : berbicara
Dalam paham al asy-ariah mereka mempercayai adanya sifat 20 seperti yang telah di ajarkan syekh siti jenar dalam buku makrifat kasunyatan karya ahmad chodjim dan sifat 20 ini dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu.[4]
1. Nafsiyah                  : sifat wujud disebut sifat an-nafsiyah karena antara wujud      dengan dzat tidak mungkin tergambar dalam akal perbedaan dan perpisahan
2. Salbiyah                   : yang disebut pada nomor 2 sampai dengan nomor 6 ini disebut sifat salbiayah, karena ia menafikan sifat-sifat lawanya yang hanya sesuai sepenuhnya dengan makhluk dan mustahil adanya pada dzat Allah.
3. Ma’ani                     : lalu sifat-sifat Allah yang disebut pada nomor 7 sampai dengan nomor 13, karena ia menambah makna kesempurnaan pada dzat Allah. Jika pun terdapat sifat-sifat tersebut pada manusia, maka persamaanya hanya pada lahir atau lafal saja.
4. Ma’nawiyah                        : dan dengan adanya sifat ma’ani, maka Allah juga mempunyai sifat-sifat ma’nawiyyah, jumlah sifat ini ada tujuh, yaitu : Al-alim, al-murid, al-qadir, al-hayyu, as-sami, al-bashir, al-mutakalim.
2.2 MUSTAHIL MENEMUKAN HAKIKAT DZAT TUHAN
Hakikat dzat Tuhan tidak mungkin diketahui oleh rasio dan tidak dapat diketemukan asal ataukadarnya, substansi Tuhan tidak dapat diliput oleh pemikiran dan manusia tidak mampu membuat perantaraan atau mediator untuk mengetahuinya.
Rasio manusia terdapat titik puncak dan kecndikiaan dan kekuatan penemuan rasio sangat terbatas dan lemah untuk mengetahui hakekat sesuatu, rasio tidak akan mengetahui juwa manusia padahal jiwa manusia itu selalu terkait dengan masalah masalah ilmu dan filsafat, rasio tidak dapat mengetahui hakekat sinar, padahal sinar itu adalah sesuatu yang paling riil adanya dan paling jelas, rasio tidak dapat mengetahui hakikat benda dan hakikat atom yang tersusun padahal benda itu adalah sesuatu yang paling melekat pada manusia.
Substansi Tuhan lebih besar daripada sesuatu yang di tangkap oleh rasio yang diliputi oleh pemikiran, oleh karenanya Allah berfirman “penglihatan tidak dapat menangkap Allah sedangkan Allah dapat menangkap penglhatan, Allah maha halus dan maha mengetahui[5]
            Dan karena itu manusia dilarang berpikir tentang dzat Tuhan karena tidak dapat mengetahuinya, melihat keterbatasan rasio otak manusia.[6]









2.3 ALAM SEMESTA BUKTI ESENSI ADANYA TUHAN
Eksistensi Allah adalah hakikat (esensial) perkaranya tidak boleh diragukan dan tidak dapat di ingkari. Eksistensi Allah adalah riil seperti matahari yang bercahaya pada waktu pagi, setiap benda di alam ini menyaksikan dan membuktikan eksistensi Allah, berbagai benda alam dan unsur unsurnya akan memperkuat bahwa ia mempunyai pencipta dan pengatur. Alam dan cakrawala langit dan seisinya semua itu merupakan bukti eksistensi Tuhan dan realitas kesendirian NYA dengan makhluk, Rasio tidak dapat mendeksripsikanya bahwa semua benda itu tanpa ada yang mewujudkan sebagaimana rasio tidak mampu mendeskripsikan bahwa adanya kejadian tidak ada yang menjadikan.
Alam semesta adalah ciptaan Allah SWT. Dia menentukan ukuran dan hukum-hukumnya. Alam juga menunjukkan tanda-tanda keberadaan, sifat dan perbuatan Allah. Berarti juga nilai tauhid meungkupi nilai hubungan manusia dengan Alam.[7]














3.1  KESIMPULAN
Dzat Allah adalah mutlak dan tidak terbatas, tidak berada dalam ruang dan waktu, serta tidak pula berada pada realitas tertentu. Allah itu bersifat dzat mutlak bukan materi, sehingga penjelasanya tidak dapat disamakan seperti menjelakan pengetahuan yang bersifat materi.
Sesungguhnya hakikat dan dzat ketuhanan itu tidak mungkin dimakrifati oleh pikiran dan sudah pasti tidak akan bisa dicapai, sebab rasio oak manusia sudah pasti tidak dapat menjangkau hal tersebut.
Semua yang ada dilingkungan alam semesta ini sudah menjadi bukti wujud bahwa Tuhan itu ada, bahkan yang terdapat di alam semesta dan unsur-unsurnya dapat pula membuktikan bahwa benda-benda itu pasti ada penciptanya.



























4.1 DAFTAR PUSTAKA
QS : 02 Al-baqarah : ayat : 063
QS : 112 : surah : al ikhlasmayat 04
Daudy ahmad, 1997,  kuliah akidah islam, jakarta, PT BULAN BINTANG
Chodjim ahmad, 2013, syekh siti jenar (makrifat kasunyatan), jakarta, serambi.
Buku mapaba PMII universitas walisongo semarang tahun 2016



[1] QS : 02 Al-baqarah : ayat : 063
[2] QS : 112 : surah : al ikhlasmayat 04
[3] Daudy ahmad, 1997,  kuliah akidah islam, jakarta, PT BULAN BINTANG
[4] Chodjim ahmad, 2013, syekh siti jenar (makrifat kasunyatan), jakarta, serambi.
[5] QS 6 : 103

[6] Daudy ahmad, 1997,  kuliah akidah islam, jakarta, PT BULAN BINTANG
[7] Buku mapaba PMII universitas walisongo semarang tahun 2016

Minggu, 05 Maret 2017

siapa saya?????

Haii perkenalkan........
Nama saya M zaki ainul fadli akrab di panggil dengan fadli, saya seorang mahasiswa UIN sunankalijaga Yogyakarta angkatan 2016 fakultas USHULUDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM jurusan perbandingan Agama yahh jangan terkejut "masak Agama kok dibanding-bandingkan" 😲 hehe.

banyak temen temen saya yang bilang pada saya "masih kurang yakin sama Agama sendiri apa" yaaah terdengar agak menyakitkan juga siiih, tapi buat saya buat apa dengerin yang enggak-enggak wkwkwkwkw....😁😁😁

saya asli dari yogyakarta yaahh semoga saja saya seistimewa kota ku hahaha😂, sebenarnya saya malas juga melanjutkan study di sini, dari mulai TK sampai SMA masak di jogja terus kan ya bosen , tapi di lain sisi saya susah buat ninggalin temen temen 😍,,,

saya suka berolahraga terutama sepakbola dan futsal selebihnya yaahh buat formalitas aja lah,
apalagii yyaaahh?????
ahh sepertinya itu saja lah bingung buat mengenalkan diri sendiri dari pada di kenalin orang lain hahahaha😅...

Jumat, 06 Januari 2017

Pentingnya pendidikan karakter di indonesia



     PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI INDONESIA


DISUSUN OLEH:
M zaki ainul fadli   16520036


Kelas  : B
JURUSAN STUDY AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2016





1.1  PENDAHULUAN
Pendidikan di indonesia dari masa orde lama ke rezim orde baru dan sampai sekarang nampaknya belum terlihat hasil yang mencolok untuk dapat mengangkat bangsa menuju pembangunan karakter bangsa yang baik. Pancasila adalah dasar Negara Indonesia yang merupakan fungsi utamanya dan dari segi materinya digali dari pandangan hidup dan kepribadian bangsa. Pancasila adalah dasar Negara bangsa Indonesia yang mempunyai fungsi dalam hidup dan kehidupan bangsa dan Negara Indonesia.
 Pendidikan di indonesia bukan hanya sebagai dasar Negara RI, tapi juga alat pemersatu bangsa, kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, sumber dari segala sumber hukum dan sumber ilmu pengetahuan di Indonesia, Pada hakekatnya bahwa pendidikan nasional merupakan suatu kekuatan (power). Theodore Brameld (1965) menegaskan bahwa (education is power), artinya bahwa dengan pendidikan seseorang bisa menguasai dunia, seiring dengan itu francis bacon (brameld 1965) berpendapat bahwa (knowledge is power), hal ini diperkuat dengan sabda Rasulullah SAW, yaitu barang siapa yang menghendaki dunia hendaknya menguasai ilmu, barang siapa yang menghendaki akhirat hendaknya menguasai ilmu, dan barang siapa yang ingin menghendaki dunia dan akhirat hendaknya menguasai ilmu, dengan demikian kita sadar bahwa begitu pentingnya pendidikan nasional dalam kehidupan bangsa indonesia.[1]




1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Pendidikan karakter di indonesia?
2.      Bagaimana peran negara terhadap pendidikan di indonesia?



2.1  PEMBAHASAN
2.2  PENDIDIKAN KARAKTER DI INDONESIA
Sejak indonesia merdeka pada tahun 1945  sampai dengan sekarang, telah lahir delapan kurikulum, semasa orde lama ada tiga (3) kuruikulum yang telah dikeluarkan pemerintah indonesia. Dalam rentan waktu  tahun 1945-1949, dikeluarkan kurikulum tahun 1947 . Kemudian pada rentab waktu 1950-1961, ditetapkan  kurikulum tahun 1952, kurikulum terakhir yang lahir pada masa orde lama adalah kurikulum tahun 1964  yang dipersiapkan dan berlaku dari tahun 1961-1968.[2]
Pada masa rezim orde baru telah lahir empat (4), kurikulum tahun 1968 ditetapkan dan berlaku sampai tahun 1975. tahun 1975 muncul kurikulum baru yakni kurikulum tahun 1975. pada tahun 1984, ditetapkan kurikulum baru dengan nama kurikulum 1975 yang disempurnakan atau lebih dikenal dengan nama CBSA (cara belajar siswa aktif). Kurikulum tahun 1975 yang telah disempurnakan ini berlaku sampai tahun 1993, karena pada tahun 1994 , dikeluarkan kurikulum baru yakni kurikulum 1994, kurikulum ini menjadi kurikulum terakhir yang dikeluarkan pada masa rezim orde baru.[3]
pada masa orde lama, kurikulum sebagai manifestasi kebijakan negara, mengacu pada upaya pembangunan karakter bangsa sehingga lebih bersifat patriotis. Sementara pada masa rezim orde baru, kurikulum memfokuskan pendidikan sebagai “pabrik” sumber daya manusia (SDM) yang akan menjadi faktor penunjang ekonomi, stabilitas politik dan keamanan.






Seperti yang telah kita ketahui situasi sosial, kultural masyarakat kita akhir-akhir ini memang sangat menghawatirkan, melihat semakin rendahnya harkat dan martabat manusia, hancurnya nilai nilai moral, meningkatnya gaya hidup konsumeris, tipisnya rasa solidaritas dan lain-lain, hal ini terjadi dalam lembaga pendidikan dan masyarakat luas, tentu masalah ini mewajibkan kita untuk mempertanyakan sejauh mana lembaga pendidikan ini dapat menjawab atas berbagai persoalan dalam masyarakat kita.
Oleh sebab itu pendidikan harus menghasilkan siswa yang mampu memiliki kemampuan berpikir alternatif, tidak hanya menjadi juara lomba, menjadi juara lomba belum tentu mampu menyelesaikan permasalahan kompleks dalam realita masyarakat. Terlalu banyak masalah yang terjadi di indonesia ini sehingga pendidikan harus dapat menghasilkan siswa yang kreatif dan cerdas.
Pendidikan karakter menjadi semakin mendesak untuk diterapkan dalam lembaga pendidikan formal mengingat maraknya fenomena kekerasan, pelecehan seksual, korupsi, dan kesewenang-wenangan yang terjadi di lingkungan sekolah, tanpa pendidikan karakter akan banyak melahirkan sebuah penerus bangsa yang buruk dan miskin moral, Yang pada akhirnya pemegang atau pengemban dan penerus roda negara menjadi tidak mempunyai suatu batasan yang akan diperoleh bila mana mempunyai suatu pondasi yang dapat didapatkan melalui sebuah pengajaran yang mengajarkan pembentukan karakter.
Bila hal ini semakin menjadi ambang kehancuran moral anak bangsa secara perlahan dan pasti akan terjadi, seperti kita dapat ambil contoh orang orang yang melakukan korupsi, korupsi merupakan salah satu bentuk krisis karakter yang dampaknya sangat buruk bagi bangsa (indonesia), ia menjadi penghambat utama kemajuan ekonomi bangsa, dan pada giliranya menjadi sumber dari berkembangnya kemiskinan di indonesia, korupsi terjadi karena orang-orsng kehilangan beberapa karakter baik, terutama sekali kejujuran, pengendalian diri, dan tanggung jawab sosial. [4] dan yang lebih parahnya lagi yaitu maraknya anak muda generasi penerus bangsa yang pada dewasa ini makin menjadi-jadi dengan suatu konsumsi yang pada titik temunya dengan sifat kecanduan bagi penggunanya, yaitu narkoba yang pada akhirnya hanya akan merugikan diri-sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.



Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di indonesia, pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan milai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, saling membantu satu samalain, saling menghormati dan lain-lain.
Menurut Ki Hajar Dewantara, tanggung jawab seorang pendidik (Guru) sngatlah besar dalam konteks demikian guna menanamkan nilai nilai kecintaan terhadap kehidupan bangsa indonesia, pendidik memiliki tanggung jawab besar sebagaimana mendidik anak-anak didik mampu menjiwai kehidupan bangsa ini dengan sedemikian mendalam dam masif, tidak menjadi anak-anak bangsa yang kehilangan dan mau menghilangkan kepribadian bangsanya di tengah pergaulan dunia yang semakin global, pertama seorang guru harus memiliki modal cukup luar biasa mengenai kejiwaan, kepribadian, dan budaya yang dimiliki bangsa ini apabila betul betul ingin menjadi pendidik sejatinya, kedua menurunkan kebangunan ke dalam jiwa anak, yaitukemampuan seorang pendidikuntuk secara sabar dan telaten memberikan wejangan bagaimana sesungguhnya menjadi seorang anak bangsa yang bisa memberikan manfaat bagi bangsanya.[5]













2.3                        PERAN NEGARA TERHADAP PENDIDIKAN DI INDONESIA
Peran negara memang tidak dapat dipisahkan dalam proses pendidikan, negara melestarikan kekuasaanya melalui politik kebudayaan yang disalurkan melalui lembaga-lembaga pendidikanya. Oleh sebab itu, dalam pendidikan tersalur keinginan-keinginan politik atau sistem kekuasaan dalam suatu masyarakat, biasanya hal tersebut tidak disadari dalam suatu masyarakat. Meskipun demikian, kekuasaan politik secara langsung seringkali berada dan merasuk dalam sistem pendidikan dengan bentuk objektif atau terang-terangan dan subjektif atau secara tidak disadari. Kurikulum yang berlaku dalam suatu negara sering digunakan sebagai sarana indoktrinasi dari suatu sistem kekuasaan, biasanya para pendidik dan masyarakat luas tidak menyadari apa sebenarnya peranan kurikulum dalam proses pembelajaran para peserta didik.
Lembaga pendidikan tepatnya sekolah dianggap sebagai tangga strategis untuk meraih kemapanan hidup tanpa harus melalui usaha-usaha ekonomi lain yang tampaknya lebih lambat dan beresiko tinggi untuk mengalami kegagalan, Argumen lain yang melandasi kepercayaan umum bahwa melalui sekolah atau pendidikan formal para individu dapat
mencapai tingkat keberhasilan ekonomi dengan relatif cepat lantaran dalam lembaga sekolah menyediakan serangkaian proses pengajaran yang mampu membekali para pesertanya dengan perangkat kemampuan yang dibutuhkan oleh lahan pekerjaan di era modern. Selain itu, sebuah ekspektasi sosial juga menggejala pada salah satu asumsi bahwa melalui penempaan skill secara berkesinambungan dalam sebuah organisasi yang mapan para lulusan lembaganya akan memiliki keutuhan sikap, kemampuan dan kepribadian yang progresif, kreatif dan memiliki kecermatan tinggi untuk menangkap potensi ekonomis dalam setiap kondisi maupun situasi, Sehingga dari otak dan tangan-tangan merekalah akan memunculkan lahan-lahan penghidupan baru yang mampu menjamin kesejahteraan manusia apabila ideologi pancasila diterapkan dengan baik dan benar.
Peran negara terhadap pendidikan di indonesia sudah berjalan sebagaimana fungsinya seperti yang sudah berjalan adalah dewan pendidikan, (DP) merupakan badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di kabupaten/kota. Posisi DP ini independen dan tidak memiliki hubungan heirarkis dengan dinas pendidikan kabupaten/kota maupun dengan lembaga pemerintah lainnya.
Anggota DP berjumlah 17 orang yang berasal dari unsur lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat, yayasan penyelenggaraan pendidikan, organisasi profesi kependidikan ataupun komite sekolah yang sedang disepakati sedangkan unsur birokrasi yang dilibatkan dalam DP berjumlah4-5 orang.
DP menjalankan beberapa fungsi sebagai berikut.
1.      Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
2.      Melakukan kerjasama dengan masyarakat, pemerintah dan DPRD dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
3.      Menampung dan menganalisi aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan masyarakat.
4.      Memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada pemerintah daerah/DPRD mengenai
a.      Kebijakan dan program
b.      Kriteria kinerja daerah dalam bidang pendidikan
c.       Kriteria tenaga kependidikan, khususnya guru/tutor atau kepala satuan pendidikan.
d.      Kriteria fasilitas pendidikan.
e.      Hal-hal yang terkait dengan pendidikan.
5.      Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan.
6.      Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan dan keluaran pendidikan.[6]














3.1 KESIMPULAN
Dengan banyaknya kurikulum yang telah dikluarkan oleh pemerintah ternyata belum mampu memberikan hasil yang mencolok utuk bangsa ini, terutama dalam pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangatlah dibutuhkan, karena situasi sosial masyarakat kita akhir-akhir ini memang sangat menghawatirkan melihat rendahnya harkat dan martabat manusia, hancurnya nilai moral yang terjadi dalam lembaga pendidikan dan masyarakat kita, dengan kurikulum yang telah ada sejak taun 1945, lembaga pendidikan yang telah diciptakan pemerintahbelum sepenuhnya mampu membentuk karakter peserta didik yang diharapkan.
Meskipun seperti itusetidaknya pemerintah telah berperan terhadap pendidikan di negri ini, meskipun pada akhirnya banyak kalangan masyarakat yang kurang puas terhadap kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan.
















4.1 DAFTAR PUSTAKA
            PDF ROHMAT WAHAB MENEGAKKAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA
Fery, a indratno, t, 2005,manusia pasca indonesia dan pasca einstein, yogyakarta, dinamika edukasi dasar bekerjasama dengan misereor/KZE
Dwiyanto djoko, saksono Gatut, 2012, pendidikan karakter berbasis pancasila, yogyakarta, ampera utama
Yamin Moh, 2013, ideologi dan kebijakan pendidikan, malang, Madani (kelompok penerbit intrans)


[1] PDF ROHMAT WAHAB MENEGAKKAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA
[2]  Fery, a indratno, t, 2005,manusia pasca indonesia dan pasca einstein, yogyakarta, dinamika edukasi dasar bekerjasama dengan misereor/KZE
[3]  Fery, a indratno, t, 2005,manusia pasca indonesia dan pasca einstein, yogyakarta, dinamika edukasi dasar    bekerjasama dengan misereor/KZE


[4] Dwiyanto djoko, ign. Gatut saksono, 2012, pendidikan karakter berbasis pancasila, yogyakarta, ampera utama
[5] Yamin Moh, 2013, ideologi dan kebijakan pendidikan, malang, Madani (kelompok penerbit intrans)
[6]Yamin Moh, 2013, ideologi dan kebijakan pendidikan, malang, Madani(kelompok penerbit intrans)