Rabu, 25 Oktober 2017

Hakikat Dzat Tuhan



HAKIKAT DZAT TUHAN, KEMUSTAHILAN MENEMUKAN DZAT TUHAN, ALAM SEMESTA BUKTI ESENSI ADANYA TUHAN

                                                  

DISUSUN OLEH:
M zaki ainul fadli               16520036
M mahfudz setiawan       16520041

Kelas  : B
JURUSAN STUDY AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2017


1.1  PENDAHULUAN
Tuhan yang dimaksud dalam kajian ilmu Tauhid adalah Allah SWT. Hakikat dzat Allah yang sebenarnya tidak dapat diraba-raba oleh imaginasi, karena manusia tidak dapat memiliki sarana yang memungkinkanya menembus alam ghaib itu. Manusia harus puas dengan apa yang disifatkan oleh Allah tentang dzat nya sendiri. Dia adalah maha esa, tidak beranak dan tidak diperanak-kan, tidak ada sesuatu yang menyamainya atau setara dengan dia.






1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian tentang hakikat dzat Tuhan?
2.      Kemustahilan menemukan hakikat dzat Tuhan?
3.      Alam semesta bukti esensi adanya Tuhan?




2.1 PEMBAHASAN
Tuhan yang dimaksud dalam  kajian hakikat ilmu tauhid ini adalah Allah SWT yaitu Tuhanmu adalah Tuhan yang maha esa, tidak ada Tuhan melainkan dia yang maha pemurah lagi maha penyayang[1]
Tuhan apabila yang dimaksud dengan Tuhan  dengan asal kata ILLAH artinya adalah sesuatu yang disembah oleh yang lebih  rendah dari padanya, sedangkan apabila yang dimaksud dengan kata Tuhan  degan asal kata “Rabb” artinya adalah sesuatu  yang memelihara, mengatur, menjaga, merawat, dan mengembangkan.
Dengan memahami pengertian tentang Tuhan tersebut maka dapat dinyatakan bahwa Tuhan itu adalah zat yang menciptakan dan memelihara dan mengembangkan setiap ciptaanya dan tersebab karena dia ciptaan tersebut ada dan tiada.
Sedangkan kata Allah adalah turunan dari kata Illah yang berarti sesuatu yang di sembah oleh yang lebih rendah dari padanya , pemakaian kata allah sebagai sebutan padanya  dan untuk itu Tuhan juga telah mencabut pemakaian kata Allah  tersebut dari lisan makhluk selain dari penyebutan untuk dirinya sehinga kata Allah menjadi nama yang paling utama bagi Tuhan dan tempat terhimpunya seluruh sifat-sifat Tuhan.
Jadi Allah adalah nama dzat yang diperkenalkan sendiri olehnya, selain sebagai nama bagi dzat  Tuhan, Allah adalah juga tempat terkumpulnya atau terhimpunya seluruh sifat yang dikandung dzatnya, sehingga Allah sebagai sebutan yang utama untuk Tuhan sudah meliputi Tuhan secara keseluruhannya yang terdiri atas dzat dan sifatnya. Yang pertama yang harus diyakini tenteng kajian sifat Allah adalah sifat yang maha sempurna yang tidak dimiliki oleh selain Allah, karena apabila terjadi persamaan antara sifat yang dimiliki Allah dengan sifat yang dimiliki oleh selain Allah maka sifat tersebut bukan lagi menjadi sifat Allah, karena Allah tidak bisa disndingkan dengan apapun sebagaimana yang dinyatakan dalam al ikhlas ayat 04 [2]





Dzat nya adalah tunggal, tidak terdiri dari unsur-unsur dan bagian-bagian dan tidak ada sesuatu pun yang serupa dengannya. Beriman kepada Allah berartimanusia wajib beriktikad dengan penuh yakin akan sifat-sifat yng wajib, sifat-sifat yang mustahil serta sifat-sifat yang harus baginya.[3]
Adapun sifat-sifat yang wajib bagi Allah, yakni sifat-sifat yang merupakan kesempurnaan uluhiah-NYA dan kebesaran rububiyyah-NYA ada tiga belas sifat yaitu.
1.      AL-WUJUD                                           : Ada
2.      AL-QIDAM                                           : tidak ada awal
3.      AL-BAQA’                                            : kekal
4.      QIYAMUHUBINAFSIHI                         : berdiri sendiri
5.      MUKHALAFATUHU LI AL HAWADIT    : berbeda dengan makhluk
6.      AL-WAHDANIYYAH                              : Esa/tunggal
7.      AL-ILM’                                                :mengetahui
8.      AL-IRADAH                                          : berkehendak
9.      AL-QUDRAH                                        : kuasa
10.  AL-HAYAH                                           : hidup
11.  AS-SAMA                                             : mendengar
12.  AL-BASHAR                                          : melihat
13.  AL-KALAM                                           : berbicara
Dalam paham al asy-ariah mereka mempercayai adanya sifat 20 seperti yang telah di ajarkan syekh siti jenar dalam buku makrifat kasunyatan karya ahmad chodjim dan sifat 20 ini dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu.[4]
1. Nafsiyah                  : sifat wujud disebut sifat an-nafsiyah karena antara wujud      dengan dzat tidak mungkin tergambar dalam akal perbedaan dan perpisahan
2. Salbiyah                   : yang disebut pada nomor 2 sampai dengan nomor 6 ini disebut sifat salbiayah, karena ia menafikan sifat-sifat lawanya yang hanya sesuai sepenuhnya dengan makhluk dan mustahil adanya pada dzat Allah.
3. Ma’ani                     : lalu sifat-sifat Allah yang disebut pada nomor 7 sampai dengan nomor 13, karena ia menambah makna kesempurnaan pada dzat Allah. Jika pun terdapat sifat-sifat tersebut pada manusia, maka persamaanya hanya pada lahir atau lafal saja.
4. Ma’nawiyah                        : dan dengan adanya sifat ma’ani, maka Allah juga mempunyai sifat-sifat ma’nawiyyah, jumlah sifat ini ada tujuh, yaitu : Al-alim, al-murid, al-qadir, al-hayyu, as-sami, al-bashir, al-mutakalim.
2.2 MUSTAHIL MENEMUKAN HAKIKAT DZAT TUHAN
Hakikat dzat Tuhan tidak mungkin diketahui oleh rasio dan tidak dapat diketemukan asal ataukadarnya, substansi Tuhan tidak dapat diliput oleh pemikiran dan manusia tidak mampu membuat perantaraan atau mediator untuk mengetahuinya.
Rasio manusia terdapat titik puncak dan kecndikiaan dan kekuatan penemuan rasio sangat terbatas dan lemah untuk mengetahui hakekat sesuatu, rasio tidak akan mengetahui juwa manusia padahal jiwa manusia itu selalu terkait dengan masalah masalah ilmu dan filsafat, rasio tidak dapat mengetahui hakekat sinar, padahal sinar itu adalah sesuatu yang paling riil adanya dan paling jelas, rasio tidak dapat mengetahui hakikat benda dan hakikat atom yang tersusun padahal benda itu adalah sesuatu yang paling melekat pada manusia.
Substansi Tuhan lebih besar daripada sesuatu yang di tangkap oleh rasio yang diliputi oleh pemikiran, oleh karenanya Allah berfirman “penglihatan tidak dapat menangkap Allah sedangkan Allah dapat menangkap penglhatan, Allah maha halus dan maha mengetahui[5]
            Dan karena itu manusia dilarang berpikir tentang dzat Tuhan karena tidak dapat mengetahuinya, melihat keterbatasan rasio otak manusia.[6]









2.3 ALAM SEMESTA BUKTI ESENSI ADANYA TUHAN
Eksistensi Allah adalah hakikat (esensial) perkaranya tidak boleh diragukan dan tidak dapat di ingkari. Eksistensi Allah adalah riil seperti matahari yang bercahaya pada waktu pagi, setiap benda di alam ini menyaksikan dan membuktikan eksistensi Allah, berbagai benda alam dan unsur unsurnya akan memperkuat bahwa ia mempunyai pencipta dan pengatur. Alam dan cakrawala langit dan seisinya semua itu merupakan bukti eksistensi Tuhan dan realitas kesendirian NYA dengan makhluk, Rasio tidak dapat mendeksripsikanya bahwa semua benda itu tanpa ada yang mewujudkan sebagaimana rasio tidak mampu mendeskripsikan bahwa adanya kejadian tidak ada yang menjadikan.
Alam semesta adalah ciptaan Allah SWT. Dia menentukan ukuran dan hukum-hukumnya. Alam juga menunjukkan tanda-tanda keberadaan, sifat dan perbuatan Allah. Berarti juga nilai tauhid meungkupi nilai hubungan manusia dengan Alam.[7]














3.1  KESIMPULAN
Dzat Allah adalah mutlak dan tidak terbatas, tidak berada dalam ruang dan waktu, serta tidak pula berada pada realitas tertentu. Allah itu bersifat dzat mutlak bukan materi, sehingga penjelasanya tidak dapat disamakan seperti menjelakan pengetahuan yang bersifat materi.
Sesungguhnya hakikat dan dzat ketuhanan itu tidak mungkin dimakrifati oleh pikiran dan sudah pasti tidak akan bisa dicapai, sebab rasio oak manusia sudah pasti tidak dapat menjangkau hal tersebut.
Semua yang ada dilingkungan alam semesta ini sudah menjadi bukti wujud bahwa Tuhan itu ada, bahkan yang terdapat di alam semesta dan unsur-unsurnya dapat pula membuktikan bahwa benda-benda itu pasti ada penciptanya.



























4.1 DAFTAR PUSTAKA
QS : 02 Al-baqarah : ayat : 063
QS : 112 : surah : al ikhlasmayat 04
Daudy ahmad, 1997,  kuliah akidah islam, jakarta, PT BULAN BINTANG
Chodjim ahmad, 2013, syekh siti jenar (makrifat kasunyatan), jakarta, serambi.
Buku mapaba PMII universitas walisongo semarang tahun 2016



[1] QS : 02 Al-baqarah : ayat : 063
[2] QS : 112 : surah : al ikhlasmayat 04
[3] Daudy ahmad, 1997,  kuliah akidah islam, jakarta, PT BULAN BINTANG
[4] Chodjim ahmad, 2013, syekh siti jenar (makrifat kasunyatan), jakarta, serambi.
[5] QS 6 : 103

[6] Daudy ahmad, 1997,  kuliah akidah islam, jakarta, PT BULAN BINTANG
[7] Buku mapaba PMII universitas walisongo semarang tahun 2016