HAKIKAT DZAT TUHAN,
KEMUSTAHILAN MENEMUKAN DZAT TUHAN, ALAM SEMESTA BUKTI ESENSI ADANYA TUHAN
DISUSUN OLEH:
M zaki ainul fadli 16520036
M mahfudz setiawan 16520041
Kelas : B
JURUSAN STUDY AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2017
1.1
PENDAHULUAN
Tuhan yang dimaksud dalam kajian ilmu Tauhid adalah
Allah SWT. Hakikat dzat Allah yang sebenarnya tidak dapat diraba-raba oleh
imaginasi, karena manusia tidak dapat memiliki sarana yang memungkinkanya
menembus alam ghaib itu. Manusia harus puas dengan apa yang disifatkan oleh
Allah tentang dzat nya sendiri. Dia adalah maha esa, tidak beranak dan tidak
diperanak-kan, tidak ada sesuatu yang menyamainya atau setara dengan dia.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian tentang hakikat dzat Tuhan?
2.
Kemustahilan menemukan hakikat dzat Tuhan?
3.
Alam semesta bukti esensi adanya Tuhan?
2.1 PEMBAHASAN
Tuhan yang dimaksud dalam kajian
hakikat ilmu tauhid ini adalah Allah SWT yaitu Tuhanmu adalah Tuhan yang maha
esa, tidak ada Tuhan melainkan dia yang maha pemurah lagi maha penyayang[1]
Tuhan apabila yang dimaksud dengan Tuhan
dengan asal kata ILLAH artinya adalah sesuatu yang disembah oleh yang
lebih rendah dari padanya, sedangkan
apabila yang dimaksud dengan kata Tuhan
degan asal kata “Rabb” artinya adalah sesuatu yang memelihara, mengatur, menjaga, merawat,
dan mengembangkan.
Dengan memahami pengertian tentang Tuhan tersebut maka dapat dinyatakan
bahwa Tuhan itu adalah zat yang menciptakan dan memelihara dan mengembangkan
setiap ciptaanya dan tersebab karena dia ciptaan tersebut ada dan tiada.
Sedangkan kata Allah adalah turunan dari kata Illah yang berarti sesuatu
yang di sembah oleh yang lebih rendah dari padanya , pemakaian kata allah
sebagai sebutan padanya dan untuk itu
Tuhan juga telah mencabut pemakaian kata Allah
tersebut dari lisan makhluk selain dari penyebutan untuk dirinya sehinga
kata Allah menjadi nama yang paling utama bagi Tuhan dan tempat terhimpunya
seluruh sifat-sifat Tuhan.
Jadi Allah adalah nama dzat yang diperkenalkan sendiri olehnya, selain
sebagai nama bagi dzat Tuhan, Allah
adalah juga tempat terkumpulnya atau terhimpunya seluruh sifat yang dikandung
dzatnya, sehingga Allah sebagai sebutan yang utama untuk Tuhan sudah meliputi
Tuhan secara keseluruhannya yang terdiri atas dzat dan sifatnya. Yang pertama
yang harus diyakini tenteng kajian sifat Allah adalah sifat yang maha sempurna
yang tidak dimiliki oleh selain Allah, karena apabila terjadi persamaan antara
sifat yang dimiliki Allah dengan sifat yang dimiliki oleh selain Allah maka
sifat tersebut bukan lagi menjadi sifat Allah, karena Allah tidak bisa
disndingkan dengan apapun sebagaimana yang dinyatakan dalam al ikhlas ayat 04 [2]
Dzat nya adalah tunggal, tidak terdiri dari
unsur-unsur dan bagian-bagian dan tidak ada sesuatu pun yang serupa dengannya.
Beriman kepada Allah berartimanusia wajib beriktikad dengan penuh yakin akan
sifat-sifat yng wajib, sifat-sifat yang mustahil serta sifat-sifat yang harus
baginya.[3]
Adapun sifat-sifat yang wajib bagi Allah, yakni
sifat-sifat yang merupakan kesempurnaan uluhiah-NYA dan kebesaran
rububiyyah-NYA ada tiga belas sifat yaitu.
1.
AL-WUJUD :
Ada
2.
AL-QIDAM :
tidak ada awal
3.
AL-BAQA’ : kekal
4.
QIYAMUHUBINAFSIHI :
berdiri sendiri
5.
MUKHALAFATUHU LI AL HAWADIT :
berbeda dengan makhluk
6.
AL-WAHDANIYYAH :
Esa/tunggal
7.
AL-ILM’ :mengetahui
8.
AL-IRADAH :
berkehendak
9.
AL-QUDRAH :
kuasa
10. AL-HAYAH : hidup
11. AS-SAMA : mendengar
12. AL-BASHAR : melihat
13. AL-KALAM : berbicara
Dalam paham al asy-ariah mereka mempercayai adanya
sifat 20 seperti yang telah di ajarkan syekh siti jenar dalam buku makrifat
kasunyatan karya ahmad chodjim dan sifat 20 ini dikelompokkan menjadi 4 bagian
yaitu.[4]
1. Nafsiyah : sifat
wujud disebut sifat an-nafsiyah karena antara wujud dengan dzat tidak mungkin tergambar dalam
akal perbedaan dan perpisahan
2. Salbiyah : yang disebut pada nomor 2 sampai
dengan nomor 6 ini disebut sifat salbiayah, karena ia menafikan sifat-sifat
lawanya yang hanya sesuai sepenuhnya dengan makhluk dan mustahil adanya pada
dzat Allah.
3. Ma’ani : lalu
sifat-sifat Allah yang disebut pada nomor 7 sampai dengan nomor 13, karena ia
menambah makna kesempurnaan pada dzat Allah. Jika pun terdapat sifat-sifat
tersebut pada manusia, maka persamaanya hanya pada lahir atau lafal saja.
4. Ma’nawiyah : dan dengan adanya sifat ma’ani,
maka Allah juga mempunyai sifat-sifat ma’nawiyyah, jumlah sifat ini ada tujuh,
yaitu : Al-alim, al-murid, al-qadir, al-hayyu, as-sami, al-bashir,
al-mutakalim.
2.2 MUSTAHIL
MENEMUKAN HAKIKAT DZAT TUHAN
Hakikat
dzat Tuhan tidak mungkin diketahui oleh rasio dan tidak dapat diketemukan asal
ataukadarnya, substansi Tuhan tidak dapat diliput oleh pemikiran dan manusia tidak
mampu membuat perantaraan atau mediator untuk mengetahuinya.
Rasio
manusia terdapat titik puncak dan kecndikiaan dan kekuatan penemuan rasio
sangat terbatas dan lemah untuk mengetahui hakekat sesuatu, rasio tidak akan
mengetahui juwa manusia padahal jiwa manusia itu selalu terkait dengan masalah
masalah ilmu dan filsafat, rasio tidak dapat mengetahui hakekat sinar, padahal
sinar itu adalah sesuatu yang paling riil adanya dan paling jelas, rasio tidak
dapat mengetahui hakikat benda dan hakikat atom yang tersusun padahal benda itu
adalah sesuatu yang paling melekat pada manusia.
Substansi
Tuhan lebih besar daripada sesuatu yang di tangkap oleh rasio yang diliputi
oleh pemikiran, oleh karenanya Allah berfirman “penglihatan tidak dapat
menangkap Allah sedangkan Allah dapat menangkap penglhatan, Allah maha halus
dan maha mengetahui[5]
Dan karena itu manusia dilarang
berpikir tentang dzat Tuhan karena tidak dapat mengetahuinya, melihat
keterbatasan rasio otak manusia.[6]
2.3 ALAM SEMESTA
BUKTI ESENSI ADANYA TUHAN
Eksistensi Allah adalah hakikat (esensial)
perkaranya tidak boleh diragukan dan tidak dapat di ingkari. Eksistensi Allah
adalah riil seperti matahari yang bercahaya pada waktu pagi, setiap benda di
alam ini menyaksikan dan membuktikan eksistensi Allah, berbagai benda alam dan
unsur unsurnya akan memperkuat bahwa ia mempunyai pencipta dan pengatur. Alam
dan cakrawala langit dan seisinya semua itu merupakan bukti eksistensi Tuhan
dan realitas kesendirian NYA dengan makhluk, Rasio tidak dapat mendeksripsikanya
bahwa semua benda itu tanpa ada yang mewujudkan sebagaimana rasio tidak mampu
mendeskripsikan bahwa adanya kejadian tidak ada yang menjadikan.
Alam semesta adalah ciptaan Allah SWT. Dia
menentukan ukuran dan hukum-hukumnya. Alam juga menunjukkan tanda-tanda
keberadaan, sifat dan perbuatan Allah. Berarti juga nilai tauhid meungkupi
nilai hubungan manusia dengan Alam.[7]
3.1
KESIMPULAN
Dzat Allah
adalah mutlak dan tidak terbatas, tidak berada dalam ruang dan waktu, serta
tidak pula berada pada realitas tertentu. Allah itu bersifat dzat mutlak bukan
materi, sehingga penjelasanya tidak dapat disamakan seperti menjelakan
pengetahuan yang bersifat materi.
Sesungguhnya
hakikat dan dzat ketuhanan itu tidak mungkin dimakrifati oleh pikiran dan sudah
pasti tidak akan bisa dicapai, sebab rasio oak manusia sudah pasti tidak dapat
menjangkau hal tersebut.
Semua yang ada
dilingkungan alam semesta ini sudah menjadi bukti wujud bahwa Tuhan itu ada,
bahkan yang terdapat di alam semesta dan unsur-unsurnya dapat pula membuktikan
bahwa benda-benda itu pasti ada penciptanya.
4.1 DAFTAR
PUSTAKA
QS : 02 Al-baqarah : ayat : 063
QS : 112 : surah : al ikhlasmayat 04
Daudy
ahmad, 1997, kuliah akidah islam,
jakarta, PT BULAN BINTANG
Chodjim
ahmad, 2013, syekh siti jenar (makrifat kasunyatan), jakarta, serambi.
Buku mapaba
PMII universitas walisongo semarang tahun 2016
[1] QS
: 02 Al-baqarah : ayat : 063
[2] QS
: 112 : surah : al ikhlasmayat 04
[3] Daudy ahmad, 1997, kuliah akidah islam, jakarta, PT BULAN
BINTANG
[4] Chodjim ahmad, 2013, syekh siti jenar
(makrifat kasunyatan), jakarta, serambi.
[5] QS 6 : 103
[6] Daudy ahmad, 1997, kuliah akidah islam, jakarta, PT BULAN
BINTANG
[7] Buku mapaba PMII universitas walisongo
semarang tahun 2016